Kepoisme - Di dalam kitab Fawaaidul fawaaid, Imam Ibnul Qoyyim Al-Jauziyah menyebutkan bahwa setidaknya ada empat pilar kekufuran yang kadang bercokol di dalam diri manusia. Keempat pilar tersebut adalah sifat SOMBONG, DENGKI, MARAH dan SYAHWAT.
1. KESOMBONGAN akan menghalangi seorang hamba untuk bersikap tunduk dan patuh.
2. KEDENGKIAN akan menghalangi seorang hamba untuk menerima nasihat, apalagi melaksanakannya.
3. KEMARAHAN akan menghalangi seorang hamba untuk berlaku adil.
4. SYAHWAT akan menghalangi seorang hamba untuk tekun dalam beribadah.
Selanjutnya beliau berkata:
"Sungguh, melenyapkan gunung dari tempatnya lebih mudah ketimbang melenyapkan keempat pilar kekufuran tersebut dari dalam diri seseorang yang telah dicekcoki olehnya. Apalagi bila keempatnya telah menjadi sikap, tabiat dan sifat yang melekat pada dirinya. Sebab, apabila keempat sifat tersebut masih bercokol di dalam hatinya, maka amalannya tidak ada lagi yang benar dan jiwanya pun tidak akan pernah bersih"..
Kenapa keempat sifat tersebut muncul?
Karena ketidaktahuan seorang hamba akan hakikat dirinya sendiri. Seandainya ia mengenal Robb-nya dengan segala kesempurnaan sifat dan keagungan-Nya, niscaya ia tidak akan bersikap sombong dan tidak akan pernah marah, ia juga tidak akan pernah merasa dengki kepada seseorang atas karunia yang Alloh subhaanahu wa ta'aalaa berikan kepada orang lain. Sebab dengki pada hakikatnya adalah perbuatan menentang Alloh subhanahu wa ta'ala.
Sifat sombong dan dengki hanya dapat dilenyapkan dari hati seorang hamba dengan mengenal Allah, mentauhidkan-Nya, ridho kepada-Nya dan terhadap pemberian-Nya, serta berupaya kembali kepada-Nya.
Adapun kemarahan, yang erat kaitannya dengan kebencian, sifat ini bisa dihilangkan dengan mengenal diri sendiri. Dan menyadari bahwa kita tidak berhak marah dan dendam terhadap orang lain hanya demi memenuhi tuntutan nafsu semata. Kemarahan bisa jadi ciri dari seseorang yang hebat menurut pandangan Alloh & Rosul-Nya,,
حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ يُوسُفَ، أَخْبَرَنَا مَالِكٌ، عَنِ ابْنِ شِهَابٍ، عَنْ سَعِيدِ بْنِ الْمُسَيَّبِ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ ـ رضى الله عنه ـ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم قَالَ " لَيْسَ الشَّدِيدُ بِالصُّرَعَةِ، إِنَّمَا الشَّدِيدُ الَّذِي يَمْلِكُ نَفْسَهُ عِنْدَ الْغَضَبِ ".
"Telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Yusuf telah mengabarkan kepada kami Malik dari Ibnu Syihab dari Sa'id bin Musayyib dari Abu Huroiroh rodliallihu 'anhu bahwa Rosululloh shollallihu 'alaihi wasallam bersabda: "Tidaklah orang yang kuat adalah orang yang pandai bergulat, tapi orang yang kuat adalah orang yang dapat menahan nafsunya ketika ia marah"
(Shohih Bukhori Kitab. 78, Hadits 141 Bab. Adab)
حَدَّثَنِي يَحْيَى بْنُ يُوسُفَ، أَخْبَرَنَا أَبُو بَكْرٍ ـ هُوَ ابْنُ عَيَّاشٍ ـ عَنْ أَبِي حَصِينٍ، عَنْ أَبِي صَالِحٍ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ ـ رضى الله عنه ـ أَنَّ رَجُلاً، قَالَ لِلنَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم أَوْصِنِي. قَالَ " لاَ تَغْضَبْ ". فَرَدَّدَ مِرَارًا، قَالَ " لاَ تَغْضَبْ ".
"Telah menceritakan kepadaku Yahya bin Yusuf telah mengabarkan kepada kami Abu Bakr yaitu Ibnu Ayyasy dari Abu Hashin dari Abu Sholih dari Abu Huroiroh rodliallohu 'anhu bahwa seorang laki-laki berkata kepada Nabi shollallohu 'alaihi wasallam; "Berilah aku wasiat?" beliau bersabda: "Janganlah kamu marah" Laki-laki itu mengulangi kata-katanya, beliau tetap bersabda: "Janganlah kamu marah"
(Shohih Bukhori Kitab.78 Hadits 143 Bab. Adab)
Kiat paling ampuh untuk menghilangkan sifat marah ini adalah dengan membiasakan marah karena Alloh dan ridho karena-Nya. Sebab, apabila marah dan ridho karena Alloh sudah masuk ke dalam jiwa, maka hal yang berlawanan dengannya, yaitu marah dan ridho karena nafsu, akan keluar dari dalam jiwanya. Pun sebaliknya demikian.
Alloh subhaanahu wa ta'aalaa berfirman:
خُذِ الْعَفْوَ وَأْمُرْ بِالْعُرْفِ وَأَعْرِضْ عَنِ الْجٰهِلِينَ
"Jadilah pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang makruf, serta jangan pedulikan orang-orang yang bodoh."
[QS. Al-A'rof: Ayat 199]
Tiadalah kedengkian itu hanya menghalangi bahkan menutup rahmat Alloh, bahkan karena kedengkian para ahli kitab kepada Nabi Muhammad shollalloohu 'alaihi wa sallam, menyebabkan tertutup rahmat Alloh dan dibiarkannya mereka dalam kesesatan sebab kedengkian mereka hingga menghalangi hidayah Alloh masuk ke dalam hati mereka..
إِنَّ الدِّينَ عِنْدَ اللَّهِ الْإِسْلٰمُ ۗ وَمَا اخْتَلَفَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتٰبَ إِلَّا مِنۢ بَعْدِ مَا جَآءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًۢا بَيْنَهُمْ ۗ وَمَنْ يَكْفُرْ بِئَايٰتِ اللَّهِ فَإِنَّ اللَّهَ سَرِيعُ الْحِسَابِ
"Sesungguhnya agama di sisi Alloh ialah Islam. Tidaklah berselisih orang-orang yang telah diberi Kitab kecuali setelah mereka memperoleh ilmu, karena kedengkian di antara mereka. Barang siapa ingkar terhadap ayat-ayat Alloh, maka sungguh, Alloh sangat cepat perhitungan-"Nya.
[QS. Ali 'Imran: Ayat 19]
Mengenai syahwat, memang syahwat ini sudah menjadi hiasan bagi manusia, Firman Alloh :
زُيِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ الشَّهَوٰتِ مِنَ النِّسَآءِ وَالْبَنِينَ وَالْقَنٰطِيرِ الْمُقَنْطَرَةِ مِنَ الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ وَالْخَيْلِ الْمُسَوَّمَةِ وَالْأَنْعٰمِ وَالْحَرْثِ ۗ ذٰلِكَ مَتٰعُ الْحَيٰوةِ الدُّنْيَا ۖ وَاللَّهُ عِنْدَهُ ۥ حُسْنُ الْمَئَابِ
"Dijadikan terasa indah dalam pandangan manusia cinta terhadap apa yang diinginkan, berupa perempuan-perempuan, anak-anak, harta benda yang bertumpuk dalam bentuk emas dan perak, kuda pilihan, hewan ternak, dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Alloh-lah tempat kembali yang baik."
[QS. Ali 'Imran: Ayat 14]
Adapun cara memerangi sifat buruk ini adalah dengan mendalami ilmu dan ma'rifat yang benar tentang Alloh subhaanahu wa ta'aalaa. Sebab, menuruti syahwat dan nafsu merupakan panghalang utama untuk meraih ilmu dan ma'rifat. Sedangkan mengekang syahwat dan nafsu merupakan faktor utama untuk meraih ilmu dan ma'rifat tersebut. Jika kita membuka pintu syahwat, berarti kita menghalangi diri kita untuk memperoleh ilmu dan ma'rifat. Sebaliknya, bila kita menutup rapat pintu syahwat, berarti kita membiarkan diri kita secara penuh untuk mendapatkan ilmu dan ma'rifat.
Walhasil, kemarahan itu tak ubahnya seperti binatang buas, yang apabila dilepaskan oleh pemiliknya, niscaya ia akan menerkam dirinya.
Syahwat tak ubahnya api, bila api itu dinyalakan niscaya akan membakar dirinya.
Kesombongan layaknya seorang yang berhasil merebut kerajaan kita, yang jika tidak membinasakan kita, ia pasti akan mengusir kita dari kerajaan kita sendiri.
Adapun kedengkian, sifat ini diibaratkan dengan memusuhi orang yang lebih mumpuni atau ahli dari pada kita.
Orang yang mengalahkan syahwat dan kemarahan akan membuat syetan takut dengan bayangannya. Sebaliknya, orang yang dikalahkan oleh syahwat dan kemarahan akan takut dengan lamunannya sendiri.
Walloohu a'lam..
{"Disarikan dengan sedikit perubahan redaksi dari buku: Fawaid Al-Fawaid karya Ibnu Al-Qoyyim Al-Jauziyyah -rahimahullah-, terbitan Pustaka Imam Syafi’i, Jakarta"}...
No comments:
Post a Comment