Monday 8 February 2016

Ini alasan kenapa kita harus menuntut ilmu sampai ke negeri china

Kepoers - Pernahkah kepoers mendengar tentang “Uthlubul ‘ilma walaw bishshiin”, yang tak lain artinya adalah tuntutlah ilmu sampai ke negeri Cina. Terlepas dari shahih tidaknya hadits ini, para Ulama banyak menyitirnya dalam khutbah-khutbah alasannya secara maknawi kalimat Tuntulah Ilmu sampai ke Negeri Cina adalah baik.

Walaupun banyak orang berpendapat kata “Cina" itu hanya kiasan untuk mengingatkan umat tentang pentingnya menuntut ilmu walau sampai ke tempat yang jauh,  sampai ke negeri-negeri seberang.

Hadits ini diriwayatkan dari jalan Abu ‘Atikah Al Bashri, dari Anas bin Malik.Mayoritas ulama pakar hadits menilai bahwa hadits ini adalah hadits dho’if (lemah) dilihat dari banyak jalan.

Ada juga ulama yang menilai hadits di atas adalah palsu, alasannya karena pada jaman rasulullah SAW, bangsa Arab belum mengenal negeri Cina. Alasan ini mungkin kurang tepat, karena Cina adalah sebuah negeri tua yg sudah lama masyhur. Berikut ini sedikit kutipan sejarah awal mulanya bangsa Arab dan Islam masuk daratan Cina,

“Pada masa kepemimpinan Nabi Muhammad saw di jazirah Arab (antara 610-632 M), Cina dipandang sebagai wilayah dengan peradaban yang amat maju pada saat itu. Ekspedisi Islam yang “resmi” ke Cina dimulai pada masa pemerintahan khalifah Utsman ibn Affan, pemimpin ummat yang ketiga, sekitar 12 tahun setelah Nabi wafat (+/- 640 M). Setelah menaklukkan Bizantium dan Persia, pada tahun 650 M, khalifah Utsman mengirim ekspedisi ke Cina, dipimpin oleh Saad ibn Abi Waqqash, untuk menyampaikan ajakan kepada kaisar Cina agar memeluk agama Islam. Sebenarnya sebelum itu sudah cukup banyak pedagang-pedagang Arab yg mengunjungi Cina dalam rangka perjalanan bisnis, baik melalui darat maupun laut (jalur tersebut, terutama yang melalui darat kemudian dikenal dengan nama “jalur sutera”), sambil memperkenalkan ajaran Islam. Dinasti Tang mempunyai record untuk mengabadikan momen bersejarah tentang terjadinya kontak antara dua kultur ini. Bagi Muslim di Cina, kejadian ini dipandang sebagai momen kelahiran Islam di Cina. Untuk memperlihatkan kekagumannya pada Islam, dalam “History of Islam in China”, kaisar Yung Wei memerintahkan dibangunnya masjid pertama di Cina. Masjid kota Kanton yg didirikan sejak 14 abad yang lalu dan masih berdiri hingga saat ini. Salah satu kawasan pemukiman Muslim yang pertama kali berdiri di Cina ada di kota pelabuhan ini”.

Kalau memang hadits ini hadits itu palsu, maudhu’, dha’if, dll. Alasannya bukan karena negeri Cinanya, hadits itu palsu adalah karena perawinya yg tidak tsiqah, jadi boleh saya punya pendapat lain, “Cina” yang dimaksud dari hadits ini adalah negeri Cina itu sendiri.

Ada pertanyaan besar yang perlu dijawab, mengapa harus ke Cina? Kenapa tidak ke Yahudi, bukankah Al-qur’an mengatakan bahwa bangsa Yahudi diberi kepintaran oleh Allah SWT. Kenapa kita tidak diminta   Rasulullah SAW belajar saja dengan orang pintar?

Bangsa Cina adalah bangsa yang unggul perababannya dibanding Arab sebelum Islam, mungkin Rasulullah SAW telah mengetahuinya, wallahu’alam bish shawabb, dan waktu telah membuktikannya. Apa jadinya bangsa Arab jika saja Rasulullah SAW tidak diturunkan ditengah-tengah mereka? Bangsa ini tetap akan menjadi bangsa Jahiliyyah yang dianggap “sampah’ dan keberadaan tidak dianggap oleh dua Negara super -ower  Persia dan Romawi, walaupun negeri Arab berada diantara wilayah keduanya.

Sejarah mencatat bahwa Bangsa Cina adalah bangsa yang tidak pernah takluk atau berhasil dikuasai oleh Islam, baik secara Jihad maupun secara Dakwah. Posisi kekaisaran Cina dan  kekhalifahan Islam adalah mitra sejajar, mereka bukanlah negeri kafir dzimmi yang wajib menyetor jizyah ke baitul mal. Pada masa kejayaan Islam dibawah Kekhilafahan Abbasyah dengan Khalifah Harun ar Rasyid ditandai dengan mesranya hubungan dagang keduanya lewat jalur sutera yang terkenal itu.

Dari garis besar bangsa-bangsa didunia, hanya Cina dan bangsa timur lain seperti Jepang dan Korea yang belum pernah dikuasai oleh Islam. Ini jelas menunjukkan bahwa Cina yang dimaksud oleh Nabi SAW bukan sekedar kiasan untuk menuntut ilmu walau sampai ke tempat yang jauh sekalipun.

Cina adalah bangsa yang mempunyai sejarah panjang akan tradisi keilmuan dan sastra yang luar biasa. Cina adalah negeri berpenduduk terbesar sejagad raya, ras Cina maupun keturunannya tersebar seluruh belahan bumi ini. Bisa dilihat dizaman sekarang, Banyak perusahaan - perusahaan raksasa jepang yang collapse dan gulung tikar karena produk mereka tidak bisa bersaing dengan produk China.

Barang-barang murah selalu buatan Cina. Seluruh megaproyek dunia, termasuk di Indonesia digarap oleh China. Bahasa Mandarin adalah pemilik kosakata terbanyak di dunia dan bahasa kedua yang sering dipakai umat manusia.

Dan sejarah niaga dari masa sebelum masehi atau before christ (BC) sampai ke masa after dei (AD), dari jaman batu hingga ke perunggu dan mulai jalur sutera (silk route) hingga ke jalur laut (maritime route),  bangsa Cina selalu mengambil peran sentral dalam monopoli dunia.

Merujuk pada pendapat Syaikh Abdul Aziz bin Abdillah bin Baz rahimahullah. Beliau rahimahullah pernah menjabat sebagai Ketua Komisi Tetap Urusan Riset dan Fatwa Kerajaan Arab Saudi, saya rasa pendapat beliau patut dipertimbangkan dan tidak ditelan mentah-mentah.

Beliau menerangkan dalam fatwanya, “Seandainya hadits ini shohih, maka ini tidak menunjukkan kemuliaan negeri China dan juga tidak menunjukkan kemuliaan masyarakat China. Karena maksud dari ‘Tuntutlah ilmu walau sampai ke negeri China’ –seandainya hadits ini shohih- adalah cuma sekedar motivasi untuk menuntut ilmu agama walaupun sangat jauh tempatnya.  Kebaikan di dunia dan akhirat bisa diperoleh dengan mengilmui agama ini dan mengamalkannya”

Menuntut ilmu Agama itu wajib hukumnya dan sangat urgen sekali, kerena itu adalah bekal kita ke akhirat, tetapi apa salahnya jika kita belajar pula essensi dari ilmu duniawi sampai ke Negeri Cina. Lihatlah apa jadinya bangsa Arab Saudi yang kesannya sombong dengan merendahkan bangsa lain sehingga tidak mau belajar kepadanya, pakaian mereka beli dari Cina, eletronik dan telekomunikasi mereka beli dari Cina, bahkan sampai peniti sekalipun harus diimport dari Cina.  Coba bayangkan  seandainya Cina mengembargo negeri itu dibidang tekstil, apakah bisa disebut mulia suatu masyarakat jika telanjang tidak berpakaian?
Segala macam ilmu yang ada didunia ini adalah ilmu Allah SWT. Dan tidak ada hal yang baru di dunia ini, semuanya telah diajarkan oleh-Nya kepada Nabi Adam As. maka dari itu pelajarilah. Imam Hasan al-Banna mengatakan, "Semua hikmah dan keutamaan di dunia ini milik kaum muslimin, jika semua itu ada pada orang-orang kafir maka tugas kita adalah mengambilnya kembali."

Perkara hadits di atas palsu atau bukan, wallahu ‘alam. Untuk menguatkan arti pentingnya dalam menuntut ilmu, sebaiknya digunakan saja dalil yang keshahihannya sudah disepakati semua ulama, salah satunya adalah : “Menuntut ilmu hukumnya adalah wajib bagi setiap muslim”. (HR.Muslim). Wallahu ‘alam bishshowwab. [rzl]

sumber

No comments:

Post a Comment