Friday, 12 February 2016

Surat terbuka untuk LGBT: Manusia dan Menjadi Manusia

Kepoisme - ‘kesetaraan dan penerimaan’ motto yang diusung seiring dengan disahkannya pernikahan sejenis di negara Amerika, membuat komunitas LGBT (Lesbian, Gay, Bisexual, Transgender) yang ada di seluruh dunia merasa sangat bahagia dan menang. Pasalnya apa yang mereka perjuangkan selama ini akhirnya terwujud .

Apakah anda salah satu yang menolak pernikahan sesama jenis ini ? Atau anda termasuk memberi dukungan. Atau hanya ikut-ikutan agar kekinian?

Ini bukan tentang menebar kebencian di antara umat manusia tapi tentang bagaimana mencintai dan mengasihi para kaum LGBT.Mereka yang menyakini tentang adanya gender ke 3, yang meyakini jika mereka terjebak di tubuh yang salah dan merasa berhak untuk mendapat pengakuan atas keberadaan dan orientasi sex mereka yang berbeda.

Kita hidup di tanah Indonesia yang juga menjunjung Ketuhanan Yang Maha Esa (Pancasila sila pertama).

Tuhan hanya menciptakan dua gender yaitu Pria dan Wanita tidak ada gender ke tiga yang setengah pria atau setengah wanita. Banyak pandangan dari pendukung komunitas LGBT yang menentang pengajaran akan Ketuhanan yang satu ini, demi memberikan pembenaran atas keberadaan mereka. Apakah Tuhan membenci kaum LGBT? Tentu tidak, Tuhan mengasihi umatnya dengan caraNya tapi membenci dosa dan penyimpangan yang di lakukan umatNya.

‘#LoveWins’ artinya cintalah yang akhirnya menang pengertian ini yang harus dikaji ulang. Cinta sejati selalu sifatnya ingin memberi yang terbaik bahkan jika harus berkorban bagi yang kita kasihi. Menyetujui pernikahan sejenis bukanlah cinta tapi justru menjerumuskan. Cinta adalah tindakan yang bisa membawa seseorang untuk kembali ke jalan hidup yang benar kembali pada fitrahnya.

Kenapa seseorang memiliki hasrat dan keinginan yang tinggi dan kadangkala tidak mampu mengontrolnya? Karena sesungguhnya ada ruang yang hampa dalam dirinya, sehingga secara naluriah ingin mengisi kehampaan tersebut, tetapi sayang pencariannya itu tidak akan pernah bisa memuaskan. Manusia berkuasa penuh atas dirinya atas hasratnya atas keinginannya juga nafsu-nafsunya. Ini tentang pengendalian diri, dan penerimaan diri atas dirinya sendiri(kebersyukuran atas diri). Apa yang dapat mengisi kehampaan tersebut? yaitu dengan kembali pada Tuhannya.

Jati diri yang diberikan Sang Pencipta dengan segala nilai kebenarannya (tidak bisa diubah-ubah sesuai dengan keinginan manusia itu sendiri) itu yang di namakan takdir. Hanya pernikahan heterolah yang dapat menghasilkan keturunan. Sesama jenis tidak mampu menghasilkan keturunan tapi menularkan penerusnya.
Secara biologis hanya sel sperma dan sel ovumlah yang bisa menciptakan keturunan meski dengan seiring berkembangnya jaman dan teknologi, keturunan dapat di miliki dengan cara adopsi, sewa rahim atau donor sperma. Jika demikian perlahan tapi pasti umat manusia lama-lama akan punah.

Bagaimana jika semua orang mencari pembenaran akan tindakannya? Meminta penyetaraan dan pengakuan atas nama HAM. Pencuri dengan alasan ekonomi misalnya, pelacur yang menyebarkan PMS karena beralasan tidak punya keahlian, fedofil yang tidak bisa bergairah jika bersama sesama orang dewasa, pecandu yang bilang baru bisa berkreatifitas setelah memakai, pembunuh yang beralasan dendam dan sakit hati.

Bagaimana jika koruptor beralasan korupsi karena hasrat hedonisnya yang tak tertahankan, ingin hidup bermewah-mewah menumpuk-numpuk harta. Dan tentunya masih banyak lagi perilaku yang melanggar dan menyimpang dari norma keagamaan dan kesusilaan lainnya.

Bagaimana jika merekapun menuntut keadilan dan kesetaraan? Bagaimana dengan orang-orang di sekitarnya?
Hidup ini tentang cinta, saling mengingatkan, saling menjaga, saling menasehati, saling meluruskan. Menjauhi perilaku melanggar aturan agama dan nilai-nilai kesusilaan. Karena kita manusia maka jadilah manusia yang seutuhnya.[vhati]

No comments:

Post a Comment